Menurut
Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh
guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok
sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi
sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi
narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Model
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri :
1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam
kelompok secara kooperatif.
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa
ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap
kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Dalam
pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama
lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk. siswa
yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga
mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung
jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi
pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran
kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber
bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar.
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan
tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang
dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut
Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa
yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil
belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode
pembelajaran kooperatif, antara lain:
1. Siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam
pembelajaran.
2. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3. Meningkatkan ingatan siswa.
4. Meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.
Menurut
Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Landasan
Teoritis Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif didasarkan teori
konstruktivistik, bahwa siswa dapat menemukan dan memahami konsep-konsep yang
dipelajari dengan cara mongkonsrruksi pengalamannya. Usaha untuk mengkonsrruksi
pengalaman akan lebih mudah dilakukan jika mereka melakukannya dengan bekerja sama.
Menurut Arends (2008: 37), akar intelektual pembelajaran kooperatif berasal
dari tradisi pendidikan yang menekankan pemikiran dan praktis demokratis:
belajar secara aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati pluralisme di
masyarakat yang multikultural.
Unsur-unsur
Pokok Model Pembelajaran Kooperatif
Ada 4 unsur pokok model pembelajaran kooperatif,
yaitu: 1. adanya peserta dalam kelompok, 2. adanya aturan kelompok, 3. adanya
upaya belajar setiap anggota kelompok, dan 4. adanya tujuan yang akan dicapai
(Sanjaya, 2009: 241).
1. Adanya Peserta dalam Kelompok
Peserta pembelajaran kooperatif
adalah para siswa yang melakukan kegiatan belajar secara berkelompok.
Pengelompokan siswa bisa dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, misalnya
minat, bakat kemampuan akademis, dst. Pertimbangan apapun yang dipilih dalam
mengelompokkan siswa, tujuan pembelajaran harus yang diutamakan.
2. Adanya Aturan Kelompok
Aturan kelompok merupakan sesuatu yang telah
disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik
maupun siswa sebagai anggota kelompok.
3. Adanya Upaya Belajar Setiap Anggota Kelompok
Upaya belajar merupakan segala aktivitas siswa untuk
meningkatkan kemampuan, baik kemampuan yang telah dimiliki, maupun kemampuan
yang baru. Aktivitas belajar siswa dilakukan secara berkelompok, sehingga
diantara mereka terjadi saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman,
maupun gagasan.
4. Adanya Tujuan yang Akan Dicapai
Aspek tujuan dalam model
pembelajaran ini dimaksudkan untuk memberikanb arah pada perencanaan,
pelaksanaan, dan juga evaluasi. Dengan adanya tujuan yang jelas, setiap anggota
kelompok dapat memahami sasaran setiap aktivitas belajar.
Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di
dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan. Elemen-elemen yang
sekaligus merupakan karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas
individual, dan keterampilan hubungan antar pribadi (Nurhadi dan Senduk, 2003:
60). Berikut penjelasan untuk masing-masing elemen.
1. Saling
Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif adalah hubungan yang
saling membutuhkan. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi
promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih
hasil yang optimal, yang dicapai melalui: a. saling ketergantungan pencapaian
tujuan, b. saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, c. saling
ketergantungan bahan atau sumber belajar, d. saling ketergantungan peran, dan
saling ketergantungan hadiah.
2. Interaksi
Tatap Muka
Interaksi tatap muka terwujud dengan adanya dialog
yang dilakukan bukan hanya antara siswa dengan guru tetapi juga antara siswa
dengan siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling
menjadi sumber belajar. Fakta seperti itu dibutuhkan karena ada siswa yang
merasa lebih mudah belajar dari sesama siswa.
3.
Akuntabilitas Individual
Pembelajaran kooperatif terwujud dalam bentuk belajar
kelompok. Meskipun demikian penilaian tertuju pada penguasaan materi belajar
secara individual. Hasil penilaian pada kemampuan individual tersebut
selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa diantara mereka yang memerlukan bantuan dan yang dapat
memberikan bantuan.
4.
Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan menjalin
hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) dikembangkan.
Pengembangan kemampuan tersebut dilakukan dengan melatih siswa untuk bersikap
tenggang rasa, sopan, mengkritik ide bukan pribadi, tidak mendominasi
pembicaraan, menghargai pendapat orang lain, dst.
Dasar
Pertimbangan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sanjaya, 2009: 243), yaitu sebagai
berikut.
1.
Guru menekankan pentingnya usaha
kolektif di samping usaha individudual dalam belajar.
2.
Guru menghendaki seluruh siswa
berhasil dalam belajar.
3.
Guru ingin menunjukkan pada siswa
bahwa siswa dapat belajar dari temannya,
4.
Guru ingin mengembangkan kemampuan
komunikasi siswa.
5.
Guru menghendaki motivasi dan
partisipasi siswa dalam belajar meningkat
6.
Guru menghendaki berkembangnya
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi
pemecahan.
Variasi-variasi
dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Ada 4 metode yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007: 49). Keempat metode
dimaksud adalah: metode STAD, Metode Jigsaw, Metode GI (group investigation),
dan metode struktural.
1. Metode
STAD
a. Karakteristik Metode STAD
STAD
kependekan dari Student Team Achievement Divisions. Metode ini
dikembangkan oleh Robert Slavin dkk. dari Universitas John Hopkins. Dalam
metode STAD guru membagi siswa suatu kelas menjadi beberapa kelompok kecil atau
tim belajar dengan jumlah anggota setiap kelompok 4 atau 5 orang siswa secara
heterogen. Setiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan saling
membantu untuk menguasai materi ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar
sesama anggota tim. Secara individual atau kelompok setiap satu atau dua minggu
dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap materi
yang telah mereka pelajari. Setelah itu seluru siswa dalam kelas tersebut
diberikan materi tes tentang materi ajar yang telah mereka pelajari. Pada saat
menjalani tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
b. Sintaks Metode STAD
Sintaks
metode STAD terdiri atas 6 fase (Trianto, 2007: 54), yaitu sebagai berikut :
Fase ke-1:
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa
untuk aktif belajar.
Fase ke-2: menyajikan
materi ajar kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau melalui bahan
bacaan.
Fase ke-3: menjelaskan
kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar.
Fase ke-4: membimbing
setiap kelompok belajar untuk belajar dan bekerja.
Fase ke-5:
mengevaluasi hasil belajar dan kerja masing-masing kelompok.
Fase ke-6: Guru
memberikan penghargaan pada para siswa baik sebagai individu maupun kelompok,
baik karena usaha yang telah mereka lakukan maupun karena hasil yang telah
meerka capai.
2. Metode Jigsaw
a. Karakteristik Metode Jigsaw
Metode Jigsaw
dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan sejawatnya (Arends,
2008: 13). Dalam metode Jigsaw para siswa dari suatu kelas dikelompokkan
menjadi beberapa tim belajar yang beranggotakan 5 atau 6 orang secara
heterogen. Guru memberikan bahan ajar dalam bentuk teks kepada setiap kelompok
dan setiap siswa dalam satu kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu
porsi materinya. Para anggota dari tim-tim yang berbeda tetapi membahas topik
yang sama bertemu untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topic
tersebut. Kelompok semacam ini dalam metode Jigsaw disebut kelompok ahli
(expert group).
b. Sintaks metode Jigsaw
Pelaksanaan
metode Jigsaw terdiri dari 6 langkah kegiatan (Trianto, 2007: 56-57) sebagai
berikut :
Fase ke-1: Guru membagi
kelas menjadi beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 5 – 6
orang siswa.
Fase ke-2: Guru
memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa
sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh setiap anggota kelompok.
Fase ke-3: Semua
kelompok mempelajari materi ajar yang telah diberikan oleh guru.
Fase ke-4: Kelompok
ahli bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya.
Fase ke-5: Anggota
kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing (home teams) untuk
membantu kelompoknya.
Fase ke-6 : Guru
mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual.
Metode
Invenstigasi Kelompok (Group Investigation)
a. Karakteristik metode investigasi kelompok
Metode
investigasi kelompok dirancang oleh Herbert Thalen dan metode pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan (Arends,
2008: 14). Kompleksitas dan sulitnya implementasi metode ini dikarenakan
keterlibatan siswa dalam merencanakan topik-topik materi ajar maupun cara mempelajarinya
melalui investigasi. Pada metode investigasi kelompok, guru membagi kelas
menjadi beberapa kelompok secara heterogen yang masing-masing beranggota 5 atau
6 orang siswa. Siswa memilih topik-topik tertentu untuk dipelajari, melakukan
investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih kemudian menyiapkan
dan mempresentasikan hasil belajar di kelas.
b. Sintaks metode investigasi kelompok
Sharan dkk.
sebagaimana pendapatnya dikutip Arends (2008: 14) mendeskripsikan 6 langkah
metode investigasi kelompok sebagai berikut.
Fase ke-1: pemilihan topik
Siswa
memilih sub-sub topik tertentu dalam bidang permasalahan umum yang biasanya
dibahas oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok
kecil yang beranggota 5 atau 6 orang.
Fase ke-2: perencanaan kooperatif
Siswa dan
guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan sub-sub topik yang telah dipilih.
Fase ke-3: implementasi
Siswa
melaksanakan rencana yang diformulasikan pada fase ke-2.
Fase ke-4: analisis dan sintesis
Sisma
menganalisis dan mensistesis informasi yang diperoleh pada kegiatan fase ke-3.
Fase ke-5: presentasi hasil akhir
Beberapa
atau semua kelompok melakukan presentasi di kelas tentang topik-topik yang
mereka pelajari di bawah koordinasi guru.
Fase ke-6: evaluasi
Siswa dan
guru mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok terhadap kerja kelas secara
keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan secara individual, kelompok, atau
keduanya.
Metode
Struktural
a. Karakteristik metode struktural
Metode
struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dkk. Meskipun memiliki banyak
persamaan dengan metode lainnya, metode structural menekankan penggunaan
struktur tertent yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Dua
macam struktur yang dapat dipilih guru untuk melaksanakan metode structural
adalah think-pair-share dan numbered head together.
1) Sintaks Think-Pair-Share (TPS)
Pelaksanaan think-pair-share
terdiri 3 langkah : thinking, pairing, dan sharing
(Arends, 2008: 15-16).
Langkah pertama: thinking (berpikir)
Guru
mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan materi ajar dan memberikan
waktu satu menit kepada siswa untuk memikirkan sendiri jawabannya.
Langkah kedua: pairing (berpasangan)
Guru meminta
siswa untuk mendiskusikan secara berpasangan tentang apa yang siswa pikiran
Langkah ketiga: sharing (berbagi)
Guru meminta
pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi hasil diskusinya dengan seluruh
siswa di kelas.
2) Numbered Heads Together (NHT)
Sintaks numbered
heads together terdiri dari tiga langkah (Arends, 2008: 16), yaitu sebagai
berikut.
Langkah pertama: numbering (penomoran)
Guru membagi
kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan member
setiap anggota kelompok tersebut nomor secara berurutan.
Langkah kedua: questioning (pengajuan
pertanyaan)
Guru
mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bias bervariasi.
Langkah
ketiga: head together (berpikir bersama)
Para siswa
berpikir bersama untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dari gurunya.
Langkah keempat: answering (pemberian jawaban)
Guru
menyebut satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok yang nomornya sama
dengan nomor yang disebutkan guru mengangkat tangannya dan memberikan jawaban
di depan kelas.
Keuntungan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
- Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
- Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
- Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
- Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
- Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.
- Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
Kelemahan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu
memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut
tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
1 komentar:
BAGI TEMAN-TEMAN YANG SELALU KALAH DALAM PERMAINAN TOGEL DAN INGIN MERASAKAN YANG NAMANYA KEMENANGAN SILAHKAN HUBUNGI MBAH SARTO DI 082=378=607=111 JANGAN ANDA RAGU UNTUK MENCOBA DULU DAN YANG PENTING KITA BERANI MELANGKAH KARNA KITA CUMA MANUSIA BIASA YANG HANYA MAMPU BERUSAHA DAN BERDOA,INGAT SIAPA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH PASTI AKAN MENDAPATKANNYA DAN ALLAH TIDAK MERUBAH NASIB KITA KALAU BUKAN KITA SENDIRI YANG MERUBAHNYA…KALAU KITA BERSUNGGUH-SUNGGUH DAN NIAT KITA BAIK INSYA ALLAH OTOMATIS HASILNYA KITA AKAN RASAKAN SENDIRI,KARNA SAYA SENDIRI SUDAH MERASAKANNYA DAN SUDAH MELIHAT BUKTINYA KALAU ANKA DARI HASIL RITUAL DARI MBAH SARTO BISA MEMBAWA SAYA JAUH LEBIH SUKSES DARI SEBELUMNYA DAN SILAHKAN ANDA MEMBUKTIKAN SENDIRI.
BAGI TEMAN-TEMAN YANG SELALU KALAH DALAM PERMAINAN TOGEL DAN INGIN MERASAKAN YANG NAMANYA KEMENANGAN SILAHKAN HUBUNGI MBAH SARTO DI 082=378=607=111 JANGAN ANDA RAGU UNTUK MENCOBA DULU DAN YANG PENTING KITA BERANI MELANGKAH KARNA KITA CUMA MANUSIA BIASA YANG HANYA MAMPU BERUSAHA DAN BERDOA,INGAT SIAPA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH PASTI AKAN MENDAPATKANNYA DAN ALLAH TIDAK MERUBAH NASIB KITA KALAU BUKAN KITA SENDIRI YANG MERUBAHNYA…KALAU KITA BERSUNGGUH-SUNGGUH DAN NIAT KITA BAIK INSYA ALLAH OTOMATIS HASILNYA KITA AKAN RASAKAN SENDIRI,KARNA SAYA SENDIRI SUDAH MERASAKANNYA DAN SUDAH MELIHAT BUKTINYA KALAU ANKA DARI HASIL RITUAL DARI MBAH SARTO BISA MEMBAWA SAYA JAUH LEBIH SUKSES DARI SEBELUMNYA DAN SILAHKAN ANDA MEMBUKTIKAN SENDIRI.
Posting Komentar